Olahraga Bisa Pulihkan Sistem Kekebalan Tubuh Penderita COVID-19 Jangka Panjang

Sebuah studi baru menawarkan harapan bagi mereka yang berjuang melawan sindrom pasca-COVID, yang sering disebut COVID-19 jangka panjang.
Para peneliti menemukan bahwa olahraga dapat membantu memulihkan sistem kekebalan tubuh yang lebih sehat dan lebih terkontrol pada pasien-pasien ini.
Temuan ini berasal dari uji coba terkontrol acak standar emas, yang dipresentasikan pada Kongres European Respiratory Society di Amsterdam.
Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Nicolette Bishop dari Universitas Loughborough di Inggris, dengan hasil yang dipresentasikan oleh Dr. Enya Daynes.
Dr. Daynes menjelaskan bahwa penderita sindrom pasca-COVID sering menunjukkan tanda-tanda masalah sistem kekebalan tubuh.
Alih-alih melindungi tubuh dari infeksi, sistem kekebalan tubuh mereka dapat menjadi terlalu aktif atau salah arah.
"Kebingungan" kekebalan tubuh ini dapat menyebabkan peradangan berkelanjutan, yang menyebabkan gejala seperti kelelahan, nyeri sendi, dan perasaan tidak enak badan secara umum.
Banyak dari masalah ini tumpang tindih dengan apa yang digambarkan pasien sebagai COVID-19 jangka panjang.
Uji coba ini melibatkan 31 pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID dan kemudian didiagnosis dengan sindrom pasca-COVID.
Beberapa orang dipilih secara acak untuk mengikuti program rehabilitasi delapan minggu yang mencakup jalan kaki di atas treadmill, bersepeda, dan latihan kekuatan. Yang lainnya menerima perawatan medis standar.
Di akhir program, para peneliti menemukan perbedaan yang mencolok. Mereka yang berolahraga menunjukkan peningkatan signifikan pada sel-sel imun tertentu dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Ini termasuk sel-sel imun "naif", yang krusial untuk mendeteksi dan melawan infeksi baru. Mereka juga menunjukkan peningkatan pada sel-sel imun "memori", seperti sel T CD4+ dan CD8+.
Sel-sel memori ini membantu tubuh merespons lebih cepat dan lebih efektif terhadap infeksi yang pernah dialami sebelumnya—termasuk COVID—dan dapat memberikan perlindungan jangka panjang.
Menurut Dr. Daynes, olahraga tampaknya membantu sistem imun dalam beberapa cara. Olahraga meningkatkan aliran darah, yang memungkinkan sel-sel imun bergerak lebih bebas dan mendeteksi ancaman.
Olahraga juga membantu sel-sel imun berkomunikasi lebih baik satu sama lain, meningkatkan produksi sel-sel baru, dan mengurangi peradangan kronis yang berbahaya.
Bersama-sama, efek-efek ini menciptakan respons imun yang lebih seimbang dan efektif.
Tim peneliti kini ingin mengeksplorasi apakah manfaat yang sama dapat terlihat pada orang yang menderita COVID tetapi tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Mengomentari studi ini, Dr. Guido Vagheggini dari European Respiratory Society, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyoroti pentingnya studi ini.
Ia mencatat bahwa COVID jangka panjang dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia dan seringkali mencegah mereka kembali bekerja, bersekolah, atau beraktivitas sehari-hari selama berbulan-bulan.
“Studi ini menunjukkan bahwa rehabilitasi berbasis olahraga dapat membantu memulihkan fungsi kekebalan tubuh pada orang dengan sindrom pasca-COVID,” kata Dr. Vagheggini.
“Hal ini dapat berarti berkurangnya gejala seperti kelelahan dan nyeri sendi, serta pertahanan yang lebih kuat terhadap infeksi di masa mendatang.”
Temuan ini memberikan harapan bagi pasien yang khawatir akan infeksi berulang atau gejala yang berkelanjutan, menunjukkan bahwa olahraga yang dikelola dengan cermat dapat menjadi bagian dari solusi.