Home > Didaktika

Ilmuwan Temukan Kaitan Baru Antara Alzheimer dan Kanker Kolorektal

Individu yang menderita penyakit Alzheimer lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan jenis kanker tertentu, khususnya kanker kolorektal.
Unsplash
Unsplash

Sebuah tim peneliti dari First Hospital of Hebei Medical University di Cina telah mengungkap bukti menarik yang dapat menjelaskan mengapa orang dengan penyakit Alzheimer tampaknya lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan kanker kolorektal, dan sebaliknya.

Penelitian mereka, yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, memberikan dukungan eksperimental untuk hubungan terbalik ini, menawarkan wawasan baru yang berpotensi menginformasikan perawatan masa depan untuk kedua kondisi tersebut.

Selama beberapa waktu, dokter telah mengamati fenomena aneh: individu yang menderita penyakit Alzheimer lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan jenis kanker tertentu, khususnya kanker kolorektal.

Di sisi lain, orang yang didiagnosis dengan kanker kolorektal tampaknya memiliki risiko lebih rendah untuk mengembangkan Alzheimer.

Meskipun pengamatan ini telah dicatat selama bertahun-tahun, tidak jelas apakah ini hanya kebetulan atau apakah ada hubungan nyata antara kedua penyakit tersebut.

Untuk menyelidikinya, para peneliti melakukan serangkaian percobaan pada tikus.

Mereka ingin melihat apakah ada hubungan yang nyata antara Alzheimer dan kanker kolorektal, atau apakah hubungan yang diamati hanya sekadar kejadian kebetulan.

Eksperimen tersebut melibatkan dua kelompok tikus: satu kelompok diberi gejala yang menyerupai Alzheimer, sementara kelompok lainnya berperan sebagai kontrol.

Para peneliti kemudian memberikan obat untuk menginduksi kanker kolorektal pada kedua kelompok. Hasilnya sangat mengejutkan.

Tikus dengan gejala Alzheimer secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan kanker kolorektal dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya gejala seperti Alzheimer entah bagaimana melindungi tikus dari perkembangan kanker di usus besar.

Untuk menggali lebih dalam mekanisme yang mendasarinya, para peneliti melakukan eksperimen lain yang melibatkan transplantasi tinja.

Mereka mentransplantasikan tinja dari tikus yang sehat ke tikus yang memiliki gejala Alzheimer dan kemudian mencoba menginduksi kanker kolorektal.

Yang menarik, tikus yang menerima tinja yang sehat sama mungkinnya mengembangkan tumor seperti tikus kontrol, yang menunjukkan bahwa sesuatu dalam mikrobioma usus mungkin berperan dalam hubungan antara Alzheimer dan kanker kolorektal.

Para peneliti selanjutnya meneliti bakteri usus tikus dan membuat penemuan penting lainnya.

Tikus dengan gejala Alzheimer memiliki kadar bakteri jenis Prevotella yang lebih tinggi, yang termasuk dalam kelompok bakteri yang dikenal sebagai bakteri Gram-negatif.

Mereka juga menemukan pola serupa pada manusia: individu yang didiagnosis dengan gangguan kognitif ringan (pendahulu Alzheimer) memiliki kadar Prevotella yang lebih tinggi, sementara orang dengan kanker kolorektal memiliki kadar bakteri ini yang lebih rendah.

Dalam percobaan lanjutan, para peneliti memberi tikus yang sehat zat yang disebut lipopolisakarida, yang merupakan molekul yang berasal dari Prevotella.

Mereka mengamati bahwa tikus-tikus ini mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan kognitif, yang menyerupai gejala Alzheimer.

Ketika tikus-tikus yang sama ini kemudian diobati dengan terapi kanker standar, mereka mengembangkan lebih sedikit tumor.

Temuan ini membuat para peneliti mengusulkan bahwa kadar Prevotella yang lebih rendah dapat membuat tikus lebih rentan terhadap kanker usus besar sekaligus membuat mereka kurang rentan terhadap penurunan kognitif.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti eksperimental yang menunjukkan hubungan terbalik antara penyakit Alzheimer dan kanker kolorektal.

Para peneliti yakin bahwa temuan mereka dapat membuka jalan bagi pendekatan baru untuk mengobati atau mencegah kondisi ini.

Misalnya, memahami bagaimana Prevotella dan bakteri usus lainnya memengaruhi proses penyakit dapat mengarah pada pengembangan terapi yang menargetkan mikrobioma usus, yang berpotensi mengurangi risiko Alzheimer dan kanker kolorektal.

Meskipun penelitian ini masih dalam tahap awal dan dilakukan pada tikus, penelitian ini membuka kemungkinan yang menarik untuk penelitian di masa mendatang.

Jika temuan ini dapat dikonfirmasi pada manusia, temuan ini dapat memiliki implikasi yang signifikan terhadap cara kita memahami dan mengobati Alzheimer dan kanker kolorektal.

Penelitian ini berfungsi sebagai pengingat akan sifat penyakit yang kompleks dan saling terkait, yang menyoroti pentingnya mengeksplorasi berbagai sistem tubuh dan interaksinya saat mencari pengobatan baru.

Temuan penelitian dapat ditemukan di PNAS. (kpo)

× Image